KIMIA KLINIK
URINALISIS
DOSEN : YURMAN,SKM,M.Si

DI
S
U
S
U
N
Oleh:
ANAS KANEDI
NIM:14010003
AKADEMI ANALIS
KESEHATAN HARAPAN BANGSA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2015
Kata Pengantar
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahNya kami selaku
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini dibuat sebagai
salah satu tugas prasyarat. Dengan karya tulis ini penulis berharap
mampu berbagi ilmu khususnya di bidang kimia klinik untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan oleh penulis.
Dengan karya
tulis ini penulis juga
berharap dapat mengembangkan ilmu dan wawasan penulis, sehingga baik
penulis ataupun pembaca akan mendapat manfaat yang positif dari karya tulis
ini. Karya tulis ini dipersembahkan khusus untuk rekan-rekan analis kesehatanuntuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dalam topik
yang akandisampaikan penulis.
Karya tulis
ini tidak lepas dari kerjasama dari banyak pihak yang terlibat, oleh karena
itu penulis mengucap terima kasih untuk semua pihak
yang terkait dalam pembuatan karya tulis ini. Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ini jauh
dari
kesempurnaan karena itu penulis dengantangan terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Bengkulu,17
september 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Prosedur dan
pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan
fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum
dilakukan pemeriksaan.
2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.
3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.
Pada tahap
prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas , pasien
dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu hasil pemeriksaan
laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi:
1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.
2. Persiapan penderita.
3. Persiapan alat yang akan dipakai.
4. Cara pengambilan sample.
5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara pemeriksaaan
laboratorium urine ?
2. Bagaimana cara pengambilan sempel
urine ?
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui cara pemeriksaan laboratorium urine
2. Mengetahui cara pengambilan sempel urine
BAB II
PEMBAHASAN
Pengambilan
spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yangdilakukan sebelum
melakukan pemeriksan laboratorium. Spesimen yang memenuhisyarat adalah :
jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenyamencukupi
untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa (segar atautidak
kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal), antikoagulan
yangdigunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan
pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu
ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau
perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
1. Pemeriksaan warna urine
Tujuan
: Untuk mengetahui warna urine sebagai salah satu cara petunjuk pada
kelainan
klinik.
Prinsip :
Urine dimasukkan kedalam tabung reaksi yang bersih, tidak bergaris, transparan
dan dilihat dengan mata
telanjang.
Peralatan : Tabung reaksi
Cara kerja :
1) Disiapkan tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih.
2) Diisi tabung reaksi dengan urine sebanyak 2/3 bagian.
3) Diamati urine ditempat yang terang, kemudian catat hasilnya.
4) Hasil yang diperoleh dapat dinyatakan sebagai berikut :
Tidak berwarna,
kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah
dan putih seperti susu.
Warna
normal : Warna antara kuning muda sampai
kuning tua.
Keterangan : Warna normal karena adanya urobilin dan urobilinogen.
2. Pemeriksaan kejernihan urine
Tujuan :
Untuk mengetahui kejernihan urine dan menentukan apakah urin itu telah keruh
pada
waktu dikeluarkan atau menjadi keruh setelah dibiarkan.
Prinsip :
Urine dimasukan dalam tabung yang bersih dan transparan lalu dilihat
kejernihannya dengan mata biasa.
Peralatan : Tabung reaksi
Cara kerja :
1. Disiapkan
tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih.
2. Diisi tabung reaksi dengan urine
sebanyak 2/3 bagian.
3. Diamati urine
di tempat yang terang, kemudian dicatat hasilnya.
4. Hasil yang
diperoleh dinyatakan sebagai berikut:
Jernih, agak keruh, keruh, dan sangat keruh.
3.Pemeriksaan
Reduksi
Metode : Benedict
Prinsip :Glukosa dalam sempel akan mereduksi garam kompleks dari reagent benedict (
ion
cupri direduksi menjadi cupro ) dan mengendap dalam
bentuk CuO dan Cu2O
dengan warna kuning hingga merah bata.
Tujuan :Untuk menentukan ada
tidaknya glukosa dalam sampel urine dengan dasar reaksi
reduksi.
Peralatan : Pipet tetes, pipet ukur,
tabung reaksi + rak tabung, penjepit tabung, water bath.
Reagensia : Benedict
Cara kerja :
1)
Disiapkan tabung reaksi yang
bersih, kering dan jernih.
2)
Dimasukkan 5 ml reagen kedalam
tabung reaksi.
3)
Ditambahkan 8 tetes urine kedalam
tabung reaksi yang telah berisi reagen benedict, dikocok hingga bercampur rata.
4)
Kemudian tabung dimasukkan
kedalam air mendidih atau dipanaskan menggunakan lampu spritus sampai mendidih
selama 5 menit.
5)
Tabung diangkat dan dibiarkan
selama 5 menit.
6)
Diamati reaksi yang terjadi dan
dicatat hasilnya.
Interprestasi Hasil :
(-) : Larutan tetap biru jernih
(+) : Larutan hijau kekuningan dengan sedikit endapan
kuning
(++) : Larutan menjadi kuning dengan endapan banyak.
(+++) : Warna menjadi jingga atau warna lumpur keruh.
(++++) : Merah keruh atau larutan jernih endapan
merah.
4.Pemeriksaaan
urine dengan metode Combur Test
Metode :
Combur Test
Prinsip :
Urine ditempatkan pada tabung reaksi, stik Combur Test dimasukkan selama
1 menit, kemudian dibaca dengan
cara membandingkan perubahan warna
yang terjadi dengan standar
warna.
Tujuan :
Untuk mengetahui adanya leukosit, nitrit, protein, glukosa, keton, urobilin,
bilirubin, blood, Bj, dan pH pada urine secara
teliti dan cepat.
Peralatan :
Tabung reaksi + rak tabung reaksi, stik combur test, table pembacaan/warna
pembanding.
Cara kerja :
1. Disiapkan tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih.
2. Dimasukkan urine kedalam tabung reaksi.
3. Stik dimasukkan kedalam urine sampai
semua indikator terendam, dibiarkan selama 1 menit, kemudian diangkat.
4. Dibandingkan dengan standar
warna/table pembacaan.
5. Dikocok sedimen dengan sisa supernatan samapai homogen
SPESIMEN
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton,jika ada, akan menguap.
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton,jika ada, akan menguap.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria).
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat.
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria).
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
- Merah : Penyebab patologik : hemoglobin,
mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam
obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
- Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat
lain termasuk fenotiazin.
- Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat
pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin,
cascara, nitrofurantoin.
- Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri
(terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat
psikoaktif, diuretik.
- Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh
obat : diuretik, nitrofuran.
- Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin,
pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
- Hitam atau hitam kecoklatan :
Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,
methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik
tipis yang ditempeli kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu
sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia
cepat untuk mendiagnosa berbagai penyakit.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.
Ambil hanya
sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera tutup wadah. Celupkan
strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik. Hilangkan kelebihan
urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah spesimen atau dengan meletakkan
strip di atas secarik kertas tisu. Perubahan warna diinterpretasikan dengan
membandingkannya dengan skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada
botol/wadah reagen strip. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil
pembacaan mungkin tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat,
atau jika pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis
lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.

Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.
Pemeriksaan
protein
Metode : Reaksi pemanasan dengan Asam Asetat.
Prinsip : protein dalam urine yang dipanaskan terjadi reaksi presipitasi dan tampak
Kekeruhan dan endapan putih, dengan penambahan asam cuka zat-zat bukan
protein akan larut kembali.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urine.
Peralatan : Tabung reaksi + rak tabung, penjepit tabung, water bath, pipet tetes,
pipet ukur.
Reagensia : Asam Asetat 6%
Cara kerja :
1. Disiapkan
tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih.
2. Dimasukan urine
kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml (jika urine keruh sebaiknya disentrifuge
terlebih dahulu).
3. Kemudian tabung
dimasukkan kedalam air yang telah mendidih atau dipanaskan diatas api bunsen
hingga mendidih.
4. Amati reaksi
yang terjadi, jika terjadi kekeruhan tambahkan 3-5 tetes asam asetat 6%, lalu
dikocok.
5. Amati kembali
reaksi yang terjadi dan catat hasilnya.
Pembacaan :
a. Negatif (-) : bila urine tidak menjadi keruh.
b. Bila urine menjadi keruh mungkin disebabkan oleh protein tetapi myngkin
juga oleh Ca.Phospat dan Karbonat, maka ditambahkan 3 tetes asam asetat 6% lalu
dikocok. Jika kekeruhan itu disebabkan oleh Ca phospat dan karbonat akan
hilang. Jika
kekeruhan tetap ada dikatakan protein positif.
Interprestasi Hasil :
(+) : Terdapat
kekeruhan ringan seperti awan tanpa butiran.
(++) : Kekeruhan
mudah dilihat dengan adanya butiran-butiran.
(+++) : Urine tampak
jelas keruh berkeping-keping.
(++++) : Urine sangat keruh sampai menggumpal.
Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
Pemeriksaan
Bilirubin Urine
Metode :
Cincin iodium
Prinsip :
Bilirubin dengan adanya iodium akan teroksidasi membentuk bilirubin yang
berwarna biru,
gilitranin (Hijau), kolifenin kuning.
Tujuan :
Untuk mengetahui ada tidaknya bilirubin dalam urine.
Peralatan : Tabung reaksi+ rak, pipet ukur, pipet tetes.
Reagensia : Iodium 1%
Cara kerja :
1. Disiapkan
tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih.
2. Dimasukan urine
kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml.
3. Dengan melalui
dinding tabung, diteteskan iodium 1% sehingga menampung di atas urine dan
terbentuk 2 lapisan.
4. Diamati reaksi
yang terjadi dibatas kedua cairan tersebut dan dicatat hasilnya.
Interprestasi hasil :
(-) : Bila dibatas kedua
cairan tidak tampak apa-apa.
(+) : bila dibatas kedua
cairan tampak cincin hijau.
Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini
adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
- pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis
sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea
menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal,
spesimen basi.
- pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit
demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus,
asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan
meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
Berat Jenis (Specific Gravity, SG)
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsi ginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencapai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urine malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi, atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secara intravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi 0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa.
Darah (Blood)
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria, hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobin dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecah menjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidak sesuai dengan metode mikroskopik sedimen urine.
Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urine yang disebabkan karena danya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urine juga dapat terjadi karena urine encer, pH alkalis, urine didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molekul kecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urine.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
- Hasil
positif palsu dapat terjadi bila urine tercemar deterjen yang mengandung
hipoklorid atau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung
peroksidase.
- Hasil
negatif palsu dapat terjadi bila urine mengandung vitamin C dosis tinggi,
pengawet formaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi
tinggi, atau berat jenis sangat tinggi.
Urine dari
wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris.
Nitrit
Di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Spesimen terbaik untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi dan diperiksa dalam keadaan segar, sebab penundaan pemeriksaan akan mengakibatkan perkembang biakan bakteri di luar saluran kemih, yang juga dapat menghasilkan nitrit.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
- Hasil positif palsu karena metabolisme bakteri in
vitro apabila pemeriksaan tertunda, urine merah oleh sebab apapun,
pengaruh obat (fenazopiridin).
- Hasil negatif palsu terjadi karena diet
vegetarian menghasilkan nitrat dalam jumlah cukup banyak, terapi
antibiotik mengubah metabolisme bakteri, organism penginfeksi mungkin
tidak mereduksi nitrat, kadar asam askorbat tinggi, urine tidak dalam
kandung kemih selama 4-6 jam, atau berat jenis urine tinggi.
Lekosit esterase
Lekosit netrofil mensekresi esterase yang dapat dideteksi secara kimiawi. Hasil tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit), baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif. Hal ini memungkinkan hasil mikroskopik tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan carik celup.
Temuan laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl), protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi, dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b.URINALISIS
2 (ANALISIS MIKROSKOPIK)

Pemeriksaan
mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel
lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya
dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya
perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.
Metode
pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan untuk dikerjakan dengan
pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik
yang sukar terlihat pada sediaan natif dapat terlihat jelas.
Pemeriksaan
mikroskop/ Sedimen urine
Prinsip :Urine diendapkan dengan cara dicentrifuge dengan kecepatan dan waktu
tertentu. Filtrat dibuang dan endapan diambil lalu diperiksa dibawah
mikroshop.
Tujuan :Untuk mengetahui sedimentasi dalam urine.
Peralatan :Tabung reaksi, centrifuge, pipet tetes,objek glass,
mikroskop.
Cara kerja :
1.
Disiapkan
tabung reaksi yang bersih, kering dan jernih.
2.
Dikocok urine sampai homogen.
3.
Dimasukkan urine kedalam tabung reaksi sebanyak ¾
bagian.
4.
Diputar selama 5-10 menit dengan kecepatan 1500 rpm.
5.
Dibuang supernatan urine dengan cara
menuangkan/memiringkan tabung sampai isinya habis.
6.
Dikocok sedimen
dengan sisa supernatan sampai homogen.
7.
Dengan
menggunakan pipet tetes, diteteskan sedimen tersebut pada objek glass yang
bersih dan kering.
8.
Diperiksa
dibawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif 10x setelah itu dengan
lensa objektif 40x.
·
Lensa objektif 10x :Untuk melihat silinder, epitel, spermatozoa, dan
kristal-kristal lainnya.
·
Lensa objektif 40x :Untuk melihat lekosit,
eritrosit, mikroorganisme parasit, dan kristal-kristal kecil.
PROSEDUR
Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian
dipindahkan ke dalam tabung pemusing sebanyak 10 ml. Selanjutnya dipusingkan
dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 – 2000 rpm) selama 5 menit.
Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant sehingga
tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan
ditutup dengan coverglass. Jika hendak dicat dengan dengan pewarna
Stenheimer-Malbin, tetesi endapan dengan 1-2 tetes cat tersebut, kemudian
dikocok dan dituang ke obyek glass dan ditutup dengan coverglass, siap untuk
diperiksa.
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.
Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah.
Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang pandang lemah (LPL) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa obyektif 40X, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field (HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, lekosit, epitel), ragi, bakteri, Trichomonas, filamen lendir, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.
Karena jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata lapang pandang kuat. Jumlah silinder biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang lemah.
Cara
melaporkan hasil adalah sebagai berikut :
Dilaporkan
|
Normal
|
+
|
++
|
+++
|
++++
|
Eritrosit/LPK
|
0-3
|
4-8
|
8-30
|
lebih dari
30
|
penuh
|
Leukosit/LPK
|
0-4
|
5-20
|
20-50
|
lebih dari
50
|
penuh
|
Silinder/Kristal/LPL
|
0-1
|
1-5
|
5-10
|
10-30
|
lebih dari
30
|
Keterangan :
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++ sudah dinyatakan abnormal
.
ERITROSIT
Eritrosit dalam air seni dapat berasal
dari bagian manapun dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat
ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3
sel/LPK. Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin
karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal,
batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut,
infeksi saluran kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.
Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecilsekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.

Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan glomerulus.
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecilsekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.

Eritrosit dismorfik tampak pada
ukuran yang heterogen, hipokromik, terdistorsi dan sering tampak
gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan tersebar di membran sel. Eritrosit
dismorfik memiliki bentuk aneh akibat terdistorsi saat melalui struktur
glomerulus yang abnormal. Adanya eritrosit dismorfik dalam urin menunjukkan
penyakit glomerular seperti glomerulonefritis.
LEUKOSIT
Lekosit
berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali eritrosit.
Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil (polymorphonuclear, PMN). Lekosit
dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung berkelompok.
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra eksterna pada laki-laki.
SEL EPITEL
·
Sel Epitel
Tubulus
Sel epitel
tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari leukosit, mengandung
inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya terbawa ke urin dalam
jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam kondisi yang mengarah ke
degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 /
LPK atau penemuan fragmen sel tubulus dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal
yang aktif atau luka pada tubulus, seperti pada nefritis, nekrosis tubuler
akut, infeksi virus pada ginjal, penolakan transplnatasi ginjal, keracunan
salisilat.
·
Sel epitel
tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen tubulus
(lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebut oval
fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval fat
bodiesmenunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan kebocoran plasma
ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus.Oval fat bodies dapat
dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut, kerusakan sel epitel
tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel
tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit.Sel
epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated giant cells)
dapat dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginfeksi saluran
kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex virus (HSV) tipe 1
maupun tipe 2.
·
Sel epitel
transisionalSel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica
urinaria), atau uretra, lebih besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak
lebih kecil dari sel epitel skuamosa. Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval,
gelendong dan sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel epitel
transisional tergantung dari bagian saluran kemih yang mana dia berasal. Sel
epitel skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin
normal. Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir
sebagai sel tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi.
·
Sel skuamosa
Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari
permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah sebagai
indikator kontaminasi.
SILINDER
Silinder (cast) adalah massa protein
berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam
urine. Silinder terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran
pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi
untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran
morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder
adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang
rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi
protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall
adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh
sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah
melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.
1. SILINDER
HIALIN
Silinder hialin atau silinder protein
terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh
sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih,
sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm- Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di
saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle’s dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung Henle’s dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
2. SILINDER
ERITROSIT
Silinder eritrosit bersifat granuler
dan mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit
disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan glomerulus.
Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan tubular
yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat pada matriks protein
(mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk silinder eritrosit.
3. SILINDER
LEUKOSIT
Silinder lekosit atau silinder nanah,
terjadi ketika leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka
menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan
terbentuk kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk
pielonefritis akut, tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus
(glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai
silinder lekosit. Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri
mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat
berjalan tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
4. SILINDER
GRANULAR
Silinder granular adalah silinder
selular yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui
sistem saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan
granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian
menjadi butiran halus.
5. SILINDER
LILIN (WAXY CAST)
Silinder lilin adalah silinder tua
hasil silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut.
Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu sebelum
mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder
granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus, dan akhirnya,
menjadi silinder yang licin seperti lilin (waxy). Silinder lilin umumnya
terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka
menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada
tahap akhir penyakit ginjal kronis.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3) diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa menghasilkan urin encer.
BAKTERI
Bakteri yang umum dalam spesimen urin
karena banyaknya mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan
karena kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu kamar.
Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah pengumpul,
kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi), atau memang dari
infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan urine harus dilakukan
dengan benar (lihat pengumpulan specimen urine)
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
Diagnosis bakteriuria dalam kasus yang dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur). Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme mencerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme dalam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.
RAGI
Sel-sel ragi bisa merupakan
kontaminan atau infeksi jamur sejati. Mereka sering sulit dibedakan dari sel
darah merah dan kristal amorf, membedakannya adalah bahwa ragi memiliki
kecenderungan bertunas. Paling sering adalah Candida, yang dapat menginvasi
kandung kemih, uretra, atau vagina.
TRICHOMONAS
VAGINALIS
Trichomonas vaginalis adalah parasit
menular seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan perempuan.
Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2 kali diameter leukosit. Organisme
ini mudah diidentifikasi dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan
pergerakannya yang tidak menentu.
KRISTAL
Kristal yang sering dijumpai adalah
kristal calcium oxallate, triple phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal
tersebut tidak mempunyai arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih
dan adanya predisposisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit “kencing batu“, yaitu terbentuknya batu ginjal-saluran kemih
(lithiasis) di sepanjang ginjal – saluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat
menyebabkan fragmen sel epitel terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai
kristaluria, dan penemuan kristaluria tidak harus disertai pembentukan batu.
1. KALSIUM
OKSALAT
Kristal ini umum dijumpai pada spesimen
urine bahkan pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap
pH, terutama pada pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup
besar untuk sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak
berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen
urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan
ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL masih
dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah
dinyatakan abnormal.
2. TRIPLE
FOSFAT
Seperti halnya Ca-oxallate, triple
fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang sehat. Kristal terlihat
berbentuk prisma empat persegi panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang
juga bentuk daun atau bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer.
Meskipun mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih
disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi
makan tertentu (buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil
urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis)
dengan meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.
3. ASAM
URAT
Kristal asam urat tampak berwarna
kuning ke coklat, berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau
mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin
sedikit memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme
normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan
metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien dengan
gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia, kehadiran mereka biasanya
tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi asam urat.
4. SISTIN
(CYSTINE)
Cystine berbentuk heksagonal dan
tipis. Kristal ini muncul dalam urin sebagai akibat dari cacat genetic atau
penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin dapat dijumpai pada
cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH asam dan ketika konsentrasinya
> 300mg. Sering membingungkan dengan kristal asam urat. Sistin crystalluria
atau urolithiasis merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan
metabolisme bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu
termasuk asam amino sistin.
5. LEUSIN
DAN TIROSIN
Leusin dan tirosin adalah kristal
asam amino dan sering muncul bersama-sama dalam penyakit hati yang parah.
Tirosin tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan
kuning. Leusin muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris
striations. Kristal leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial
konsentris. Kristal ini kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat
nukleus yang menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat
jarang terlihat di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa
penyakit keturunan seperti tyrosinosis dan “penyakit Maple Syrup”. Lebih sering
kita menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat
(sering terminal).
6. KRISTAL
KOLESTEROL
Kristal kolesterol tampak regular atau
irregular , transparan, tampak sebagai pelat tipis empat persegi panjang dengan
satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki takik. Penyebab kehadiran kristal
kolesterol tidak jelas, tetapi diduga memiliki makna klinis seperti oval
fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol sangat jarang dan biasanya disertai
oleh proteinuria.
7. KRISTAL
LAIN
Berbagai
macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin misalnya adalah
:
Kristal dalam urin asam :
Kristal dalam urin asam :
·
Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang
ireguler tumpul, berkumpul membentuk roset.
·
Amorf urat : warna kuning atau coklat,
terlihat sebagai butiran, berkumpul.
Kristal
dalam urin alkali :
·
Amonium urat (atau biurat) : warna
kuning-coklat, bentuk bulat tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
·
Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang
panjang, berkumpul membentuk rosset.
·
Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk
butiran-butiran, berkumpul.
·
Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat
kecil, halter.
Secara umum,
tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat dalam jumlah yang banyak,
mungkin dapat menimbulkan gangguan.
Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :


Banyak obat diekskresikan dalam urin mempunyai potensi untuk membentuk kristal, seperti :


kristal
Sulfadiazin dan kristal Sulfonamida
No comments:
Post a Comment